
Namun dalam hal ini saya punya cerita yang mungkin perlu bagi saya untuk dibagikan.
Suatu ketika saya bertemu dengan seseorang yang sangat berpengaruh dalam hidup saya dikemudian hari. Dia satu-satunya orang yang sangat menghargai siapa saja. Mau mengerti siapa saja. Dialah orang yang menurut saya sangat mengerti tentang saya di samping Ibu dan istri saya tentunya.
Kepada saya, orang ini pernah berkata, "Orang yang mengangap dirinya lebih dipentingkan dari orang lain itu sama artinya ia telah melanggar hukum Tuhan."
Langsung pula saya tanyakan, "Kenapa?"
Dia hanya tersenyum.
"Bukankah dalam kehidupan kita, kita dihadapkan sebuah kenyataan yang demikian? Dimana saat kita membutuhkan pertolongan seseorang, maka kita akan sangat mementingkan seseorang tersebut?" Aku kembali bertanya.
" Sebenarnya tidak demikian, pada orang tersebut hanya untuk mencari jalan terang menuju kekuatan nyata di balik orang itu. Dan, orang tersebut, yang kita mintai bantuan tersebut, hanya sebuah transformasi energi cinta dan kasih Tuhan. Jadi, Tuhanlah yang telah menggerakkan ia untuk membantu kita. Bukan lantaran belas kasihan orang tersebut. Maka kalau kita mendudukkan ia dalam porsi yang lebih tinggi dari kita sebagai manusia, makhluk Tuhan, maka sebenarnya kita telah mendurhakai Tuhan. Dan sebaliknya, ketika orang tersebut merasa dipentingkan oleh khalayak, maka ia lebih durhaka kepada Tuhan. Karena sebenarnya, ia telah mencampakkan Tuhan dari sisinya."
Sungguh saya bertambah tidak mengerti dengan ungkapan tersebut. Saya pun kembali menjejalinya dengan pertanyaan, "Tetapi faktanya demikian? Seorang pejabat merupakan orang yang dipentingkan oleh warganya, seorang ulama akan dipentingkan oleh pengikut atau jamaahnya, dan seorang guru akan sangat berarti bagi muridnya?"

"Saya kira banyak." Jawabku.
"Seorang guru yang cerdas adalah ketika ia mampu mentranformasikan energi keilmuanannya kepada muridnya. Dan untuk melakukan transformasi itu ia butuh sebuah hubungan komunikasi yang baik. Untuk menuju ke arah komunikasi yang baik, seorang guru harus belajar dari apa yang mampu ditangkap oleh seorang muridnya. Maka ia harus memahami muridnya terlebih dahulu sebelum ia meminta muridnya untuk memahaminya. Jadi, pertanyaannya adalah mana yang lebih penting?"
"Dua-duanya?" Tanyaku.
"Dalam hal ini mungkin kamu benar jika kamu melihat dari sisi yang nampak. Tapi kamu belum bisa menempatkan diri kamu berada di luar lingkaran itu. Ada satu hal yang belum kamu sentuh. Di dalam kasus tersebut, ada satu kata kunci yaitu, energi. Masih ingat rumusan yang diberikan Einstein?"
Saya hanya mengangguk.

"Kalau begitu, apa bedanya energi dengan ruh?" aku bertanya.
"Ruh ibarat pot atau vas bunga yang akan ditempati energi. Ruh adalah sebuah jembatan spiritual yang sengaja dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk dapat melakukan kehendak-Nya."
"Lantas, bagaimana dengan status sosial?"
Ia tersenyum dan kemudian berkata, "Kau masih saja memikirkan status sosial? Bukankah itu reka daya manusia. Hanya sebuah penciptaan jurang yang begitu dangkalnya oleh manusia. Kelicikan manusia yang memang dibekali kemampuan akal yang luar biasa, tapi alangkah bodohnya ia sebagai manusia ketika ia berbangga diri dengan pangkat, jabatan dan kedudukannya di hadapan orang lain. Orang yang bangga dengan statusnya berarti orang yang paling bodoh di dunia. Sebab, ia telah dibodohi oleh satu spesiesnya sendiri. Dan ingat kunci kesuksesan manusia tidak diukur dari status sosialnya, melainkan dari sebuah pemahaman dalam mengartikulasikan kehidupan itu sendiri."

Jika tak ada malam mungkin aku akan kehilangan banyak tenagaku. Dan jika tak ada siang mungkin aku tak akan menemukan energi untuk terus melakukan ziarah kehidupan. Kenapa ziarah kehidupan? Karena kehidupan yang selama ini kita jalani adalah kematian yang sebenarnya. Dan kehidupan yang sebenar-benarnya ada dalam mati.
Sumber Foto:
http://www.endless-satsang.com/Mentoring_files/image3001.jpg
http://www.eso-garden.com/images/uploads_bilder/10_great_ways_to_receive_some_spiritual_help.jpg
http://www.writespirit.net/image/sharani/gold-cloud
http://trak.in/wp-content/uploads/2007/06/yoga-1.jpg
Komentar