Pangkalan Minyak Tanah di Tambak Lorok Desak Pemerintah untuk Menambah Jatah Mereka

Sabtu, 12 April 2008

Semarang, Sejumlah pangkalan minyak tanah di kawasan Tambak Lorok Semarang masih saja keluhkan penerimaan quota distribusi minyak tanah di kawasan tersebut. Pasalnya, sampai saat ini ketersediaan minyak tanah di kawasan tersebut dinilai tidak mampu mencukupi kebutuhan warga setempat. Hal ini disinyalir sebagai dampak dari adanya pemberlakuan pembatasan quota minyak tanah yang diniliai tidak disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Lebih-lebih seperti kawasan Tambak Lorok ini yang merupakan kawasan nelayan yang menjadi barometer kebutuhan minyak tanah. "Yen Tambak Lorok ga ana lenga, Semarang ga ana lenga (Kalau di Tambak Lorok tidak ada minyak tanah, maka seluruh kawasan di Semarang tidak dapat jatah minyak tanah juga)." Kata Subowo, salah seorang pemilik pangkalan di kelurahan Tanjung Emas kecamatan Semarang Utara.

Sampai saat ini kebutuhan masyarakat akan minyak tanah di kawasan tersebut masih tergolong tinggi. Meskipun program konversi gas sudah mulai merambah dikawasan tersebut, namun belum sepenuhnya dapat dirasakan manfaatnya oleh warga. Hal tersebut juga masih dirasa memberatkan warga. Khususnya bagi para nelayan yang sampai saat ini masih terus menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar perahu tongkang mereka. "Biasanya untuk satu kapal membutuhkan 40 liter minyak tanah perhari untuk setiap kali melaut. Padahal sampai saat ini saya hanya mampu memasok kebutuhan mereka (nelayan) sampai 25 liter per hari. Jadi masih kurang." Jelas Subowo.

Lebih lanjut Subowo mengungkapkan, pangkalan miliknya dalam setiap harinya hanya mampu memasok kebutuhan minyak tanah hingga 12.500 liter yang diperuntukkan 500 buah kapal tongkang. Jelas, jumlah tersebut masih dirasa kurang. Mengingat kebutuhan yang seharusnya terpenuhi sekitar 20.000 liter. Belum lagi untuk kebutuhan rumah tangga.

Di satu sisi, Subowo mengaku, pendistribusian minyak tanah ini memang sedikit melenceng dari peraturan yang ada. Namun demikian, jika terlalu dipaksakan kehidupan nelayan juga akan terancam tenggelam sebagaimana tenggelamnya kapal mereka. Untuk itu, mau tidak mau ia pun harus bersusah payah untuk ikut memperjuangkan nasib ratusan nelayan yang ada di kawasan tersebut.

"Pada bulan Maret kemarin, saya hanya mendapat pasokan minyak tanah sebanyak 9.000 liter. Ini sangat tidak dapat memenuhi kebutuhan warga. Padahal, saya sudah berkali-kali mengajukan permintaan tambahan quota minyak tanah tapi tidak juga dipenuhi. Katanya, karena ada pengurangan quota minyak tanah." Kata Subowo.

Kini nasib 600 orang nelayan di kawasan tersebut terpaksa harus mulai mengikat pinggang mereka kencang-kencang. Beberapa dari mereka pun terpaksa harus mengurangi intensitas kegiatan melaut mereka. Harapan mereka hanya satu, semoga rencana pemerintah provinsi Jawa Tengah yang akan mengusulkan adanya dispensasi khusus quota minyak tanah ini akan segera dapat mereka nikmati. Sehingga, mereka kembali dapat melakukan aktivitas mereka sehari-hari. Dengan demikian, harapan mereka untuk menatap hari depan yang lebih cemerlang akan segera terwujud. Semoga saja. [Ribut Achwandi_Reporter Trijaya FM Semarang]

Komentar